Perbandingan Sistem
Pelayanan Restoran di 3 Negara di Asia
China
Sensor wajah di salah satu outlet KFC di Tiongkok
Di salah satu outlet
KFC di Tiongkok, China menerapkan teknologi face recognition atau sensor pengenalan
wajah untuk memberikan rekomendasi pilihan menu ke pembeli sehingga pelanggan
akan lebih mudah dalam memesan menu. Tetapi jika tidak menyukai rekomendasi
menu tersebut tidak masalah, karena itu hanya sebuah rekomendasi saja. Jadi di
outlet KFC tersebut di pasang perangkat keras untuk mengenali wajah seseorang,
saat proses pemindaian berlangsung, sistem ini akan mendeteksi jenis kelamin,
ekspresi wajah, serta usianya. Kemudian data tersebut akan disimpan dan dipakai
untuk memberikan rekomendasi pilihan menu yang sesuai pada pelanggan tersebut.
Menariknya, sisten ini dapat mengenali pembeli setia, sehingga dapat
merekomendasikan menu-menu favorit ke pembeli tersebut. Selain itu KFC juga
menawarkan gim augmented reality melalui sticker di meja yang tersedia di 300
cabang KFC di Beijing. Sebelumnya KFC juga pernah menggunakan robot sebagai
petugas customer service namun hanya terletak disalah satu gerai KFC yang
terletak di kota Shanghai. Robot itu mampu mendengarkan dan merespon pesanan si
pembeli.
Salah satu outlet KFC di Shanghai yang menggunakan robot
From youtube: Isobar
Thailand
Robot yang melayani pembeli di "Hajime Robot Restaurant"
Berbeda dengan China,
restoran cepat saji yang bernama “Hajime Robot Restaurant” yang terdapat di
kota Bangkok, Thailand ini menggunakan teknologi robot yang bisa melayani
pelanggan. Restoran ini mempunyai slogan
yaitu “The first and only one restaurant
where the robots you’re your need for your new experience in Thailand” ya
yang berarti restoran ini adalah satu-satunya yang menggunakan bantuan robot
untuk melayani pengunjung dan memberikan pengalaman yang unik. Bukan hanya
dapat melayani para pembeli saja, robot tersebut juga dapat bernyanyi dan
menari layaknya seperti manusia. Robot ini melayani dengan cara mengantarkan pesanan
kepada para pembeli sambil melakukan atraksi dance elektro ala robot. Namun
sebelumnya, si pembeli harus memilih menu terlebih dahulu dengan menggunakan
sistem komputer dan pembeli harus menunggu sekitar 5 hingga 15 menit. Setelah
itu robot tersebut akan mengantarkan pesanan kepada si pembeli. Namun apabila
pengunjung restoran tersebut sedang ramai, maka para pembeli akan dilayani oleh
staff restoran.
From youtube: Meniscus Magazine
Indonesia
Sistem pelayanan
restoran di Indonesia terbilang masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan
mengantre ke kasir, atau dengan memesan melalui pramusaji.
Tampilan e-menu "Mujigae Restaurant"
Namun ada salah satu restoran
cepat saji yang bernama “Mujigae” ini sudah menggunakan teknologi digital. Untuk
memesan makanan, sudah disediakan iPad di setiap meja. iPad ini akan berisi e-menu (Menu Elektronik) dimana
memungkinkan pembeli dapat memesan menu (order) langsung dari layar monitor dengan
cara memilih gambar-gambar menu yang diinginkan. Menu yang sudah dipilih oleh
si pembeli akan langsung terkoneksi ke bagian dapur restoran tersebut. Namun
restoran yang berasal dari Korea tersebut tetap menyediakan waiter yang berfungsi untuk menindak
lanjuti pesanan dan juga menjelaskan tata cara memesan kepada si pembeli.
Sambil menunggu pesanan lewat iPad tersebut, pembeli juga dapat meminta lagu
K-POP serta Selfie dengan aplikasi editing ala Korea.
From youtube: Jajan Beken
Kesimpulan
:
Peranan teknologi digital
dapat meningkatkan efisiensi baik dari sisi si pembeli maupun dari sisi si
penyelenggara jasa. Dari sisi si pembeli yaitu pembeli dapat dengan mudah dalam
melakukan proses pemesanan, pembayaran, dsb. Kemudian dari sisi si
penyelenggara jasa yaitu dapat mempercepat pelayanan dan juga dapat mengurangi
beban pekerjaan dari personel yang ada, sehingga dapat mendukung dalam
peningkatan kualitas pelayanan dari suatu restoran tersebut.
Referensi
:
Blog ini sangat Berfaedah
ReplyDeletethanks
Delete