Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Bab III

Individu, Keluarga, dan Masyarakat





Nama     : Athayani Imtinan
Kelas     : 1KA24
NPM      : 11116173
Jurusan  : Sistem Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Matkul   : Ilmu Sosial Dasar
Dosen    : Bapak Junaedi Abdillah


1.  Kata Pengantar

     Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga artikel ini dapat tersusun hingga selesai. Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah "Ilmu Sosial Dasar".
     Saya menyadari dalam pembuatan artikel ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, oleh karena itu dengan senang hati saya menerima kritik dan saran dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki artikel ini. Dan harapan saya, semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta manfaat bagi para pembaca.

Bekasi, 17 Januari 2016

Penyusun




BAB I 
LATAR BELAKANG

2.  Pendahuluan

     Manusia merupakan suatu individu yang diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan selalu membutuhkan bantuan orang lain atau tidak dapat hidup sendiri. Maksud dari organisasi adalah sebagai tempat atau wadah berkumpulnya manusia atau individu yang bekerjasama secara rasional dan sistematis guna tercapainya tujuan organisasi tersebut. Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah individu lainnya serta memerlukan lingkungan yang dapat membentuk kepribadiannya, terutama lingkungan bermasyarakat. Namun tidak semua lingkungan masyarakat menjadi faktor pembentuk kepribadian tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan kepribadian.



BAB II 
ISI

3.  Individu

3.1 Pengertian Individu

      Individu berasal dari kata latin 'individuum' yang artinya tidak terbagi. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai manusia perseorangan. Secara umum, individu adalah seorang manusia yang tidak memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.

3.2 Peranan Individu Dalam Keluarga
   
      Keluarga merupakan tempat sosialisasi atau interaksi yang pertama kali bagi setiap individu, dalam arti lain keluarga merupakan tempat terbentuknya kepribadian oleh setiap individu. Oleh karena itu, dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai struktur masyarakat yang ada, sehingga menjadi individu yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan baik.

3.3 Peranan Individu Dalam Masyarakat

      Manusia sebagai individu memiliki potensi-potensi yang dapat berkembang melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut dapat terjadi melalui keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Akibat proses pendidikan disertai penanaman nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya maka terjadilah orang yang memiliki kepribadian. Setiap individu dalam masyarakat memiliki kedudukan dan peran antara satu dengan yang lain
      Kedudukan berarti status ataupun posisi individu dalam hubungan masyarakat. Peran sendiri memiliki tugas, tindakan, ataupun tingkah laku individu dalam kelompok sosial (masyarakat). Untuk peran sendiri terbagi menjadi 3 :
      1. Peran Ideal, yaitu peran yang diharapkan terhadap status tertentu.
          Contoh : peran guru dalam masyarakat yaitu mendidik dan mengajar para siswa atau murid-muridnya.
      2. Peran yang diinginkan, yaitu peran yang di anggap perlu oleh diri sendiri.
          Contoh : seorang individu yang berkedudukan sebagai anggota atau bagian dari kelompok sosial, yaitu harus menaati peraturan dan norma yang berlaku dalam masyarkat.
      3. Peran yang dikerjakan, yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
          Contoh : seorang bapak sebagai kepala keluarga harus bersikap adil terhadap anggota keluarganya.

3.4 Pertumbuhan Individu

      Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan kuantitatif dapat berupa pembesaran atau pertambahan, dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, serta sempit menjadi luas, dll. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan individu.

3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu

      Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan individu, antara lain :
      1.  Faktor Biologis
           Merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang. Kita tahu bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan memiliki perbedaan. Ini menunjukkan bahwa sifat jasmani yang ada pada setiap orang diperoleh dari keturunan atau ada pula yang merupakan pembawaan orang tersebut.
      2.  Faktor Geografis
           Merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Setiap lingkungan yang baik akan membawa kebaikan pula pada setiap individu. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan baik dan menumbuhkan kepribadian yang baik juga.
      3.  Faktor Kebudayaan Khusus
           Merupakan faktor yang berhubungan dengan kebudayaan setiap individu. Perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi kepribadian individunya. Karena setiap individu di dalam masyarakat memiliki kebudayaan dan kepribadian yang berbeda-beda.

4.   Keluarga

4.1 Pengertian Keluarga

      Kata 'keluarga' berasal dari bahasa sansekerta yaitu 'kula' dan 'warga' yang artinya 'anggota' 'kelompok kerabat', sehingga dapat disimpulkan keluarga adalah lingkungan dimana yang terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
      Secara umum, yang dimaksud dengan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tersusun atas kepala keluarga (berperan sebagai suami dan ayah) dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal bersama pada suatu tempat di bawah satu atap yang saling membutuhkan atau ketergantungan.

4.2 Fungsi Keluarga

       Dalam kehidupan keluarga mempunyai  5 fungsi yang terdapat dalam masyarakat :
   1. Fungsi Biologis
       > Untuk meneruskan keturunan
       > Memelihara dan membesarkan anak
       > Merawat dan melindungi anggota keluarganya
   2. Fungsi Psikologis
       > Memberikan kasih sayang dan menciptakan rasa aman
       > Pendewasaan kepribadian anggota keluarganya
       > Menciptakan hubungan kekeluargaan dengan keluarga lain
   3. Fungsi Sosial Budaya atau Sosiologi
       > Menciptakan nilai-nilai kebudayaan
       > Pembentukan norma-norma dan tingkah laku pada tiap anggota keluarganya
   4. Fungsi Sosial
       > Mengatur kebutuhan ekonomi atau keuangan dalam keluarga
       > Menciptakan hidup rukun, damai, dan sejahtera
   5. Fungsi Pendidikan
       > Persiapan untuk kehidupan di masa depan
       > Penanaman keterampilan, tingkah laku, serta pengetahuan bagi anggota keluarganya

5.   Masyarakat

5.1 Pengertian Masyarakat

      Kata 'masyarakat' berasal dari bahasa arab yaitu 'musyarakah' yang artinya suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
      Secara umum, pengertian dari masyarakat ialah suatu kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.

5.2 Golongan Masyarakat

      Golongan masyarakat terbagi menjadi 2, yaitu:
  1. Masyarakat Sederhana (Primitive)
      Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan atau masalah-masalah alam.
  2. Masyarakat Maju (Modern)
      Masyarakat maju  memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
     
5.3 Masyarakat Industri dan Non Industri

   - Masyarakat Industri
     Secara garis besar masyarakat industri dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
     A.  Kelompok Primer
           Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih kenal, serta lebih akrab. Karena anggota dari kelompok ini sering berkomunikasi atau berdialog, serta bertatap muka sehingga mereka lebih saling mengenal satu sama lain. Mereka juga memiliki rasa kekeluargaan yang lebih atau simpati. Dan pada pembagian kelompok kerja pun mereka tidak melalukan secara paksa dalam arti yaitu kesadaran dan tanggung jawab anggota berlangsung atas dasar simpati atau sukarela.
           Contoh kelompok primer : keluarga, rukun tetangga, karang taruna, dsb.
     B.  Kelompok Sekunder
           Kelompok sekunder berbeda dengan kelompok primer, dalam kelompok sekunder ini mereka kurang memiliki rasa kekeluargaan antara satu sama lain, Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif. Dan pada pembagian kelompok kerja mereka pun berdasarkan kemampuan, serta keahlian tertentu dan berdedikasi.
           Contoh kelompok sekunder : partai politik, perhimpunan buruh, dsb.

6.   Urbanisasi

6.1 Pengertian Urbanisasi

      Urbanisasi perpindahan penduduk dari desa ke kota. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahaan, penyediaan pangan, dsb tentu adalah suatu masalah yang harus segera diselesaikan.
       Untuk mendapat suatu niat untuk hijrah dari desa ke kota, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dsb. Pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa, atau adanya faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi.

6.2 Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

      Adapun faktor pendorong terjadinya seseorang untuk urbanisasi, ialah :
      1. Lahan Pertanian Semakin Sempit
          Semakin banyaknya penduduk maka semakin banyak lahan hijau untuk dijadikan tempat tinggal, atau dijadikannya sebagai tempat usaha atau pabrik, dsb. Hal ini sangat memicu dalam terjadinya urbanisasi. Bagaimana tidak, jika lahan pertanian semakin sempit, maka penghasilan para petani pun menurun.
       2. Merasa Tidak Cocok Dengan Budaya Setempat
           Bagi sebagian masyarakat terkadang tidak cocok dengan adat dan budaya di lingkungan sekitarnya, mereka pun memilih untuk berpindah ke kota dengan adat yang cocok dengan arti lain di kota tidak terlalu menggunakan adat dan budaya di karenakan masyarakat kota lebih mengikuti perkembangan zaman yang ada.
       3. Menganggur, karena Sedikitnya Lapangan Kerja
           Sedikitnya lapangan pekerjaan di desa atau sudah lamanya seseorang menganggur, dapat mengakibatkan seseorang untuk berurbanisasi. Atau bisa saja seseorang tersebut terdesak kebutuhan ekonominya, untuk mendapat penghasilan maka seseorang tersebut memilih untuk berurbanisasi.
       4. Memiliki Impian Yang Kuat Untuk Menjadi Orang Kaya
           Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan dampak seseorang untuk berandai menjadi orang kaya. Penghasilan yang kurang mencukupi, atau banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi membuat seseorang untuk berpindah ke kota dengan berpenghasilan yang lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya.


BAB III
PENUTUP

7. Kesimpulan

    Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila ia belum dibudayakan, dalam arti hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiannya ini atau menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.


Comments